Minggu, 08 Juli 2012

Makalah Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no. 13 th 2007 tentang Standar Kepala Sekolah menegaskan bahwa seorang Kepala Sekolah harus memiliki lima dimensi kompetensi minimal yaitu : Kompetensi Kepribadian, Manajerial, Kewirausahaan, Supervisi dan Sosial. Selain itu, berdasarkan Undang-undang no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menjelaskan terbentuknya guru-guru Indonesia yang profesional.
Sosialisasi dan bimbingan supervisi akademik yang telah dilaksanakan selama ini ternyata masih belum memadai untuk menjangkau seluruh kepala sekolah/madrasah dalam waktu yang relatif singkat. Intensitas dan kedalaman penguasaan materi kurang dapat dicapai dengan kedua strategi ini karena terbatasnya waktu.
Berdasarkan kenyataan tersebut dan demi mendukung peran kepala sekolah/madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah maka dibutuhkan kepala sekolah/madrasah yang kuat. Dengan kepala sekolah/madrasah yang kuat diharapkan dapat membimbing, menjadi contoh, dan menggerakkan guru dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah/madrasah.
Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok, dan kehidupan setiap individu.
Untuk memenuhi semua kewajiban sebagai kepala sekolah dan guru yang profesional, maka diadakanlah Pelatihan Di Kota Batu Malang Sewilker I Kabupaten Lamongan. Dan dalam makalah ini mencakup materi-materi yang dibahas dalam pelatihan tersebut.









B.   PERMASALAHAN
Masalah-masalah yang terdapat dalam makalah merupakan materi-materi yang dibahas dalam pelatihan yang mencakup :
1.   Apa dan mengapa belajar aktif.
2.   PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan menyenangkan).
3.   Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa.
4.   Supervisi Akademik.
5.   Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pendidikan.
6.   Leadership Coaching.

C.   Tujuan
Untuk meningkatkan kemampuan kepala TK maupun SD dalam melaksanakan tugas yang berdedikasi, profesional dan bermartabat




BAB II
PEMBAHASAN

A.   Belajar Aktif
·         Pengertian Belajar Aktif
Gagasan-gagasan pokok pendekatan belajar aktif pada prinsipnya mengikuti gagasan inti teori belajar konstruktivisme. Perkembangan dalam terapan melahirkan paradigma baru, yaitu paradigma belajar aktif.
Sejumlah gagasan pokok dalam penerapan paradigma belajar aktif dikemukakan berikut ini.
1)   Mengkonstruksi Makna
Konstruktivisme menandaskan bahwa manusia mengkonstruksi (membangun) makna dari struktur pengetahuan aktual yang dimiliki. Teori ini membimbing pendekatan dalam mendidik anak. Konstruktivisme menekankan kegiatan belajar yang berkembang melalui dukungan fasilitator. Fasilitator memulai dan mengarahkan peserta didik agar  mampu mengkonstruksi makna konsep-konsep yang baru.
2)   Pentingnya Latar belakang dan Budaya Peserta Didik
Konstruktivisme sosial memandang setiap peserta didik sebagai individu yang unik dengan kebutuhan dan latar belakang yang unik. Peserta didik juga dilihat sebagai individu yang kompleks dan multidimensional.
3)   Tanggung Jawab Belajar adalah Peserta didik dan Peserta Didik menjadi Peserta Didik Pembelajar atau Peserta Didik pengajar
Tanggung jawab belajar selalu harus semakin bergantung kepada peserta didik dan  ditekankan agar peserta didik mengkonstruksi pengertian atau konsepnya sendiri.  Untuk itu, perlu ditempuh pemberian peran kepada peserta didik menjadi peserta didik pembelajar atau peserta didik pengajar.
4)   Motivasi Belajar
Motivasi belajar peserta didik amat bergantung kepada rasa percaya diri atau potensi belajarnya (Von Glasersfeld, 1989) dan kemampuan guru mengantar peserta didik mengenali bakat dan potensi dirinya (motivasi ekstrinsik) sehingga tumbuh keyakinan untuk percaya kepada keunikan dirinya dan mampu mengekspresikannya (motivasi intrinsik, Champion Mind).
5)   Peran Pengajar
6)   Hakikat Proses Belajar
Kegiatan belajar itu aktif; kegiatan belajar adalah proses individual dan proses sosial.
·         Model dan Ciri-ciri Belajar Aktif
Model Pelatihan Belajar Aktif
Model pelatihan belajar aktif yang dapat diterapkan diskemakan pada gambar berikut ini.

Ciri-ciri pelatihan belajar aktif
1)   Pelatihan belajar aktif yang efektif pada umumnya menekankan praktik yang dilakukan para peserta pelatihan, baik guru, kepala sekolah, pengawas, pembina bidang pendidikan di provinsi/kabupaten/kota maupun dari unit-unit utama di pusat.
2)   Dalam pelatihan belajar aktif untuk tema-tema yang berhubungan dengan topik-topik mata pelajaran umumnya peserta diperlakukan sebagai peserta didik yang melaksanakan kegiatan belajar aktif.
3)   Prinsip-prinsip belajar aktif yang diterapkan dalam proses belajar dengan   peserta didik dipraktikkan dalam pelatihan guru, kepala sekolah, dan  pengawas serta unsur-unsur lainnya, misalnya pemajangan hasil karya.

B.   PAIKEM
Prinsip-Prinsip PAIKEM Model Pembelajaran Berbasis Kompetensi:
}  Berpusat   pada   peserta   didik   agar   mencapai   kompetensi   yang diharapkan.  Peserta  didik  menjadi  subjek  pembelajaran  sehingga keterlibatan  aktivitasnya  dalam  pembelajaran  tinggi.  Tugas  guru adalah  mendesain  kegiatan  pembelajaran  agar  tersedia  ruang  dan waktu   bagi   peserta   didik   belajar   secara   aktif   dalam   mencapai kompetensinya.
}  Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD
    dan  SK  tercapai  secara  utuh.  Aspek  kompetensi  yang  terdiri  dari sikap,  pengetahuan,  dan  keterampilan  terintegrasi  menjadi  satu kesatuan.
}  Pembelajaran  dilakukan  dengan  sudut  pandang  adanya  keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas  dengan  jumlah  tertentu,  guru  perlu  memberikan  layanan individual   agar   dapat   mengenal   dan   mengembangkan   peserta didiknya.
}  Pembelajaran        dilakukan   secara         bertahap     dan    terus  menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai  ketuntasan  yang  ditetapkan.  Peserta  didik  yang  belum tuntas  diberikan  layanan  remedial,  sedangkan  yang  sudah  tuntas diberikan  layanan  pengayaan  atau  melanjutkan  pada  kompetensi berikutnya.
}  Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta  didik  menjadi  pembelajar  yang  kritis,  kreatif,  dan  mampu memecahkan  masalah  yang  dihadapi.
}  Pembelajaran   dilakukan   dengan   multi   strategi   dan   multimedia sehingga  memberikan  pengalaman  belajar  beragam  bagi  peserta didik.

C.   Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
1.   Pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir, nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa mendatang.
Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang  terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati, otak, dan fisik.
Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan potensi peserta didik. Dalam proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat, mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan kehidupan bangsa yang bermartabat.
2.   Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:
a.    mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
b.   mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
c.    menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa;
d.   mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
e.    mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
3.   Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber  berikut ini;
a.    Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama.
b.   Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila.\
c.    Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu.
d.   Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur.

D.  Supervisi Akademik
1.   Konsep Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja  guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.

2.   Tujuan dan fungsi supervisi akademik
Tujuan supervisi akademik adalah:
a.    membantu guru mengembangkan kompetensinya,
b.   mengembangkan kurikulum,
c.    mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).
3.   Prinsip-prinsip supervisi akademik
a.    Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
b.   Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran.
c.    Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
d.   Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.    
e.    Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.
f.     Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses pembelajaran.
g.    Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran.
h.   Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran.
i.     Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik.
j.     Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
k.   Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor
l.     Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah).
m.  Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.
n.   Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas (Dodd, 1972).

4.   Dimensi-dimensi subtansi supervisi akademik
a.    Kompetensi kepribadian.
b.   Kompetensi pedagogik.
c.    Kompotensi profesional.
d.   Kompetensi sosial.

E.   Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pendidikan
Istilah kepemimpinan bukan merupakan istilah baru bagi masyarakat. Di setiap organisasi, selalu ditemukan seorang pemimpin yang menjalankan organisasi. Pemimpin berasal dari kata “leader” yang merupakan bentuk benda dari “to lead” yang berarti memimpin. Untuk memahami pengertian kepemimpinan secara jelas, maka perlu dikaji beberapa definisi yang dikemukakan para ahli kepemimpinan.
Definisi kepemimpinan pada dasarnya adalah suatu proses menggerakkan, mempengaruhi dan membimbing orang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi. Ada empat unsur yang terkandung dalam pengertian kepemimpinan, yaitu unsur orang yang menggerakkan yang dikenal dengan pemimpin, unsur orang yang digerakkan yang disebut kelompok atau anggota, unsur situasi dimana aktifitas penggerakan berlangsung yang dikenal dengan organisasi, dan unsur sasaran kegiatan yang dilakukan.

F.   Leadership Coaching
1.   Pengertian Coaching
Coaching adalah suatu filosofi pengembangan yang professional dan merupakan suatu alat untuk mendorong pembelajaran dan meningkatkan capaian berdasarkan peningkatan kesadaran diri  dan tanggung-jawab pribadi.
2.   Prinsip-prinsip Coaching
a.    Manusia ingin belajar dan berkembang.
b.   Setiap learner mempunyai potensi untuk meningkatkan kemampuannya.
c.    Pertanyaan yang baik lebih berharga dari pada perintah yang tegas
d.   Setiap masalah yang dihadapi merupakan peluang untuk pembelajaran
e.    Tujuan akhir yang menantang dan juga dorongan semangat dapat membuat seseorang memperoleh hasil terbaik
3.   Ciri-ciri Coach yang baik, yaitu;
a.    Melihat potensi yang ada pada learner (pembelajar)
b.   Adalah sumber pendorong semangat bagi learner/pembelajar
c.    Merasa dirinya sendiri adalah learner yang baik (rendah diri)
4.   Kunci Keterampilan mengcoaching:
a.    Mengajak learner untuk berdialog secara serius
b.   Suara: tanyakanlah pertanyaan yang baik, berikanlah umpan balik
c.    Dengar: dengarkan penuturannya dengan hati dan fikiran
d.   Hormat: Berusahalah meminimalisir pendekatan top-down
e.    Jangan men-judge
5.   Model Coaching GROW ME

Kunci ketrampilan meng-coaching:
¡  Mengajak learner (guru/staf) untuk berdialog secara serius
¡  Suara: tanyakanlah pertanyaan yang baik, berikanlah umpan balik
¡  Dengar: dengarkan penuturannya dengan hati dan fikiran
¡  Hormat: Berusahalah meminimalisir pendekatan top-down.
¡  Jangan men-judge.

Ketrampilan meng-coaching hendaknya “mengubah” dari yang bersifat direktif ke arah pernyataan yang bersifat non-direktif:
¡  Memberi instruksi                        Memberi nasihat
¡  Menawarkan bimbingan               Memberikan umpan balik
¡  Memberikan suatu saran              Mengajukan pertanyaan yang bisa memancing kesadaran
¡  Merangkum                                  Mengkalimatkan kembali
¡  Merefleksikan                               Mendengarkan dan memahami

CONTOH:
·         Siapa yang bertanggungjawab atas kesalahan ini?
Apakah yang bisa kamu ceritakan kepada saya mengenai kesalahan ini?
·         Apakah kamu mengetahui  apa yang harus kamu lakukan
Adakah tugas tersebut masih belum jelas menurut kamu?
·         Apakah kamu bisa menyelesaikannya sesuai jadwal?
Langkah apakah yang akan kamu lakukan supaya sesuai dengan jadwal?
·         Apakah laporan itu sdah kamu selesaikan?
Sudah sampai dimana laporan itu?





BAB III
PENUTUP
A.   Simpulan
Seperti telah diuraikan pada awal pendahuluan bahwa fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa selain mengembangkan dan memperkuat potensi pribadi juga menyaring pengaruh dari luar yang akhirnya dapat membentuk karakter peserta didik yang dapat mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Upaya pembentukan karakter sesuai dengan budaya bangsa ini tentu tidak semata-mata hanya dilakukan di sekolah melalui serangkaian kegiatan belajar mengajar baik melalui mata pelajaran maupun serangkaian kegiatan pengembangan diri yang dilakukan di kelas dan luar sekolah. Pembiasaan-pembiasan (habituasi) dalam kehidupan, seperti: religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab, dsb. perlu dimulai dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat. Nilai-nilai tersebut tentunya perlu ditumbuhkembangkan yang pada akhirnya dapat membentuk pribadi karakter peserta didik yang selanjutnya merupakan pencerminan hidup suatu bangsa yang besar.




DAFTAR PUSTAKA

KEMENDIKNAS.2010. PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA. Jakarta.

KEMENDIKNAS.2009. BAHAN PELATIHAN METODOLOGI BELAJAR MENGAJAR AKTIF. Jakarta.

KEMENDIKNAS.2010.SUPERVISI AKADEMIK.Jakarta.

Indrawati,dkk.2009.PEMBELAJARAN AKTIF,KREATIF,EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN. Jakarta: PPPPTK IPA.

CD MATERI PELATIHAN DI KOTA BATU MALANG SEWILKER I KABUPATEN LAMONGAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar